HNI HPAI

Sejarah Desa Kadugede


Pada jaman penjajahan Jepang Kepala Desa disebut Ngabai, Ngabai inilah bertugas memimpin dan menggerakan roda kedesaan, yang kerjanya hanya sebatas pengawasan ketertiban dan keamanan semata tidak berbentuk pemerintahan seperti sekarang.
Diceritakan pada suatu hari ada seorang petani yang sedang berjalan menuju kehutan, berpakaian pangsi dan beriket, dengan gobang ditengteng dipingganngnya. Petani tersebut kaget sewaktu melintas sungai yang sekarang bernama Sungai Cisanggarung karena dipinggir sungai tersebut ada sebuah duren / kadu yang ukurannya menakjubkan lebih besar dari duren / kadu yang biasa. Duren / kadu tersebut tersangkut disela-sela akar pepohonan yang merimbun dipinggir sungai.
Melihat duren / kadu yang aneh itu, petani tersebut tidak melanjutkan kehutan melainkan pulang kembali dan memberitahukan kepada warga yang ditemui perihal keberadaan duren / kadu besar tersebut. Sehingga tak ayal lagi yang mendengar berita tersebut merasa penasaran untuk melihat keberadaan duren / kadu dengan ukuran besar tersebut. Dalam sekejap, dari informasi mulut kemulut lokasi dimana adanya duren / kadu besar itu dipenuhi oleh orang-orang yang penasaran ingin membuktikan dan melihat langsung duren / kadu yang diberitakan oleh petani sang penemu.
Saking anehnya tempat tersebut setiap hari dipenuhi oleh warga yang ingin melihat duren / kadu aneh itu. Sehingga dari hari kehari, dari nulut kemulut membuat semakin bertambah warga yang berkumpul melihat duren / kadu ukuran dengan berdecak kagum. Hal ini kedengaran oleh Ngabai, diutuslah anak buahnya untuk membawa duren / kadu kerumahnya.
Ngabai juga terkesimak kaget dan takjub, informasi warga dari mulut kemulut itu ternyata benar duren / kadu itu ukurannya lebih besar dari duren / kadu biasanya. Kemudian duren / kadu tersebut dikupas yang terbagi dalam 7 bagian.
Sejak diketemukan duren / kadu ukuran besar daerah itu ramai dikunjungi orang dari berbagai pelosok sehingga oleh warga di daerah lokasi adanya duren / kadu besar tersebut terkenal dengan nama KADUGEDE.
Sedangkan simbol 7 bagian duren / kadu besar itu diabadikan dengan penamaan 7 blok berdasarkan letak geografis. Nama-nama ketujuh blok tersebut adalah : Blok Bangong, Sindang ketawang, Garaseah, Cijeuler, Dukuh, Gayam dan Cibogo.
Seiring dengan perubahan jaman, penjajah Jepang kalah perang dan kembali kenegaranya Indonesia memproklamirkan kemerdekaan. Pada era kemerdekaan itulah nama Ngabai diganti menajdi Kuwu dengan merubah secara nasional nama-nama blok dengan nama-nama dari Bahasa Jawa yakni Manis, Kliwon, Wage, Pahing dan Puhun. Dengan demikian Desa Kadugede yang sedianya meliputi 7 blok diganti dengan 5 Dusun, sehingga ada beberapa blok yang digabung sesuai luas wilayah. Perubahan nama blok tersebut sebagai berikut:

  • Blok Cijeuler dan Gayam menjadi Dusun Manis
  • Blok Dukuh dan Cibogo menjadi Dusun Kliwon
  • Blok Bangong menjadi Dusun Wage
  • Blok Garaseah menjadi Dusun Pahing
  • Blok Sindang Ketawang menjadi Dusun Puhun
YANG PERNAH MENJADI KEPALA DESA KADUGEDE
  1. WANGSA DIJAYA / ABAH GUDANG
  2. ABDUL SYUKUR
  3. ARKA WIJAYA
  4. ABUN
  5. IDUNG ABDUL JALIL
  6. OONG SUUD
  7. GANDA DJUMHANA
  8. MAMAN WIJAYA
  9. MAMAN ABDUROHMAN
  10. DADANG SUGANDA S. Hut

Comments